Telkom Landmark Tower Gunakan Air Perpipaan Sejak 2015

PT Telkom Landmark Tower yang merupakan pusat perkantoran Telkom Indonesia, sudah meninggalkan penggunaan sumur bor (deepwell) dan beralih menggunakan air pipanisasi dari PALYJA.

“‎Sebelum Pak Gubernur melakukan sidak (inspeksi mendadak) penggunaan air tanah di pusat perkantoran, kami sudah menggunakan air perpipaan sejak 2015 lalu,” ujar Chief Engineering PT Telkom Landmark Tower, Saut Maruarar, beberapa waktu lalu.

Pusat perkantoran yang berlokasi di Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 52, Jakarta Selatan tersebut memiliki dua tower. Tower 1 terdiri dari 23 lantai dan tower 2 memiliki 52 lantai. “Tingkat okupansi kedua tower itu sudah lebih dari 80%. Rata-rata, di dua tower ini penggunaan air mencapai 300-500 meter kubik (m3) per hari,” tuturnya.

Perusahaan memanfaat‎kan air hujan dan air kondensasi pendingin udara (AC) sebagai sumber air alternatif. Air hujan dan air kondensat AC disalurkan menuju tangki penampungan air yang dinamakan “clean water tank” (CWT) berkapasitas 500 m3.

Setelah air diolah menjadi air bersih, baru disalurkan ke pipa-pipa kamar mandi, dapur, dan sebagainya yang sudah siap digunakan.

“Kami melakukan uji sampel ke Sucofindo, setahun dua kali terhadap air dari hasil kondensat dan air hujan. Sudah sesuai standar mutu,” katanya.

Sumber tangki utama selain CWT, kata Saut, adalah intermediate water tank (IWT) yang juga berkapasitar 500 m3. Berbeda dengan CWT, di tangki IWT ini sebagai tempat penampungan air PAM yang bisa langsung disalurkan ke pipa-pipa kamar mandi atau dapur tanpa pengolahan air lebih lanjut.

Lalu, air yang telah digunakan para karyawan termasuk air tinja akan ditampung di tanki penampungan. “Sekitar 20% di antaranya air limbah diolah dan dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Selebihnya, dibuang. Sudah ada perusahaan yang mengurus ini,” tuturnya.

Meski mengandalkan sumber air perpipaan, kata Saut, pihaknya masih memanfaatkan sumber air tanah apabila pasokan air bersih  terganggu. “Sejak 2015, tercatat sudah tiga kali pasokan air bersih terganggu. Kondisi seperti ini, kami harus memanfaatkan penggunaan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, kelebihan penggunaan air perpipaan ‎selain kualitas air bersih yang sudah terjamin, juga pengeluaran biaya lebih murah. “Biaya penggunaan air memang lebih murah dibanding penggunaan deepwell,” katanya.

Berdasarkan data yang diterima, konsumsi air PALYJA pada 2018 ini, mencapai 10.000 m3 hingga 18.000 m3 per bulan. Bayangkan, apabila perusahaan ini tetap menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih, akan membutuhkan biaya yang lebih besar lagi karena pemerintah mengenakan tarif tinggi untuk penggunaan air tanah.

sumber: http://www.beritasatu.com/satu/507082-telkom-landmark-tower-gunakan-air-perpipaan-sejak-2015.html

leave comment