Biofiltrasi, Teknologi IPA Taman Kota Mengolah Air Baku Kualitas Buruk

INSTALASI Pengolahan Air (IPA) Taman Kota, Jakarta Barat adalah instalasi pengolah air baku milik Palyja, yang mengolah air baku dari Cengkareng Drain, Jakarta Barat. Meski kapasitas produksinya paling kecil diantara IPA milik PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) lainnya, keberadaannya cukup signifikan untuk melayani kebutuhan air bersih di kawasan Jakarta Barat. Kapasitas produksi yang dihasilkan IPA Taman Kota mempunyai arti penting, mengingat IPA ini sempat ‘stop’ produksi dikarenakan ‘kewalahan’ mengolah air baku yang berkualitas sangat buruk. Polutan sebesar 8 ppm (part per million) menjadi penyebabnya. Polutan yang jauh diambang standar semestinya sekitar 1 ppm.

Namun belakangan dengan ‘jurus’ teknologi terbaru, IPA Taman Kota, mampu beroperasi kembali. Teknologi Biofiltrasi namanya. Sebuah teknologi yang digunakan sejak Juli 2012 itu, mampu meremoval kandungan amonia dan deterjen dalam air. Air baku pun mampu diolah sesuai persyaratan yang tertuang dalam Permenkes no 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Saat ini kapasitas produksi sebesar150 lps (litre per second) telah dinikmati warga Jakarta Barat yang menjadi daerah layanannya.

Lalu seperti apakah teknologi Biofiltrasi itu? Bagaimana kondisi air baku di ibukota, masih cukupkah untuk diolah melayani penggunanya? Apa tantangan terberat yang dihadapi IPA Palyja? Apa saja yang sudah dan akan dilakukan Palyja dalam pelayanan air bersih?  

Kompasiana Visit ke IPA Taman Kota Jakbar (Foto GANENDRA)
Kompasiana Visit ke IPA Taman Kota Jakbar (Foto GANENDRA)

Turut ‘blusukan’ ke IPA Taman Kota, Kembangan Utara,  Jakarta Barat dalam acara Kompasiana Visit, pada bertema “Optimasi Instalasi sebagai Solusi Defisit Air Bersih Jakarta” pada Kamis (3/11/2016) yang lalu, aku memperoleh banyak informasi dan wawasan baru. Bukan hanya soal seluk beluk layanan Palyja, namun juga mengetahui sendiri bagaimana IPA Taman Kota mengolah air baku yang polutannya tinggi menjadi air bersih. Bersama kompasianer lainya, aku berkesempatan melihat-lihat proses pengolahan air baku di IPA Taman Kota, juga memperoleh informasi tentang Palyja saat berkunjung ke IPA 1 Pejompongan di Jalan Penjernihan 2, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Oh iya untuk diketahui IPA Taman Kota ini adalah salah satu IPA yang dimiliki Palyja. Di sini  kapasitas produksi  paling kecil, sebesar 150 lps. Maklum saja areanya meliputi hanya Luasnya 4000 m3 saja. Sementara IPA lainnya ada IPA 1 Pejompongan dengan kapasitas produksi 2.000 liter/detiklps, IPA 2 Pejompongan dengan kapastitas produksi 3.600 lps, dan IPA Cilandak dengan kapasitas produksi 400 lps. Nah khusus kali ini aku ceritain IPA Taman Kota yang sudah berdiri dan beroperasi sejak 1982 ini, sesuai dengan lokasi yang aku kunjungi saat Kompasiana Visit.

IPA Taman Kota (Foto Ganendra)
IPA Taman Kota (Foto Ganendra)

Ini Dia, Cara Pengolahan Air Baku IPA Taman Kota

Sosok muda berperawakan tubuh kecil itu sabar menjelaskan per tahapan pengolahan air baku. Suaranya lantang terdengar dari megafon yang dipegangnya. Febri, salah seorang petugas dari IPA Taman Kota menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Kompasianer saat ‘blusukan’ ke jantung pengolahan air baku IPA Taman Kota.

Diantara bak-bak semen, pipa-pipa saluran air, dan suara aliran air, Febri menjelaskan satu persatu cara pengolahan air baku di tempatnya bekerja.

“Nah ini adalah tahap pertama, air baku dari intake Cengkareng Drain ditampung di sini,” katanya kepada rombongan kompasianer di salah satu sudut lokasi IPA Taman Kota, Kamis (3/11/2016).

Intake Cengkareng drain. (Foto Ganendra)
Intake Cengkareng drain. (Foto Ganendra)
4 Pompa di intake Cengkareng drain (Foto Ganendra)
4 Pompa di intake Cengkareng drain (Foto Ganendra)
Stasiun pompa di Kembangan utara, Jakbar. (Foto Ganendra)
Stasiun pompa di Kembangan utara, Jakbar. (Foto Ganendra)

Air baku itu didatangkan dari intake 150-160 lps Cengkareng drain. Ada 4 pompa yang mendorong air baku ke lokasi penampungan air pengolahan IPA Taman Kota. Jaraknya sekitar 2 km. Durasi yang dibutuhkan air sampai ke lokasi pengolahan sekitar 20an menit. Di sinilah tahap awal pengolahan air baku dimulai.

Oya sebelumnya untuk diketahui ada tahapan proses pengolahan di IPA Taman Kota ini. Sesuai penjelasan Vita Chandra Dewi, Kepala IPA Taman Kota dan juga Febri saat ‘blusukan’ ke bak-bak pengolahan air baku. Intinya ada 5 tahap proses pengolahan sampai menjadi air bersih. Tahapan proses pengolahan tersebut adalah koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, biofiltrasi, filtrasi, serta  desinfeksi.

Melalui pipa-pipa panjang berukuran besar berjajar di lokasi yang bersebelahan dengan pemukiman warga Taman Kota ini, nampak alat-alat pengukur tersedia dengan angka-angka digital yang menunjukkan parameter ukuran air baku yang masuk. Dan tahapan dimulai.

“Tahapan pertama adalah koagulasi,” kata Febri.

Febri (Foto Ganendra)
Febri (Foto Ganendra)

Dalam proses ini dicampurkan bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga membentuk campuran yang homogen dengan disertai pengadukan cepat.  Air baku dicek tingkat kekeruhannya maupun PH-nya. Di sini ditentukan bahan kimia yang akan ditambahkan dalam prosesnya. Namanya Koagulan. Koagulan, ada partikel-partikel kecil dalam air. Koagulan menyatukan menjadi gumpalan/ flok, yang membuat lebih berat dan mudah mengendap. Jadi dikatakan bahwa proses Koagulasi, adalah menyatukan partikel-partikel kecil.

“Plat-plat kecil, buat mengaduk air biar rata dan menyatukan dengan campuran yang dimasukkan ke dalam pipa,” jelas Febri.

Perlakuan di sini, bisa ditambahkan Soda A, untuk netralin PH. Sementara Karbon aktif, untuk menghilangkan bau/ limbah detrjen. Pasalnya air baku awal jelas sangat beragam kandungannya. Mulai dari sampah, deterjen, dan lain-lain.

Dilanjutkan pada tahapan berikutnya, tahap kedua yakni flokulasi.Di sini terjadi proses pembentukan partikel flok yang besar dan padat dengan cara pengadukan lambat agar dapat diendapkan.

“Di sini diaduk lambat. Biar flok tergabung,” jelas Febri melalui megaphonenya.

Tahap awal (Foto Ganendra)
Tahap awal (Foto Ganendra)
Sedimentasi (Foto Ganendra)
Sedimentasi (Foto Ganendra)

Selanjutnya dari bak-bak dip roses flokulasi, ada pipa ke bawah, berlanjut ke proses sedimentasi. Tahap sedimentasi ini adalah proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan berat jenis dengan cara pengendapan. Proses dilakukan di ragam bak sedimentasi. Di sini gumpalan yang terbentuk bakal mengendap. Sementara air di atasnya terlihat bening.

Nah setelah proses sedimentasi ini, berlanjut ke biofiltrasi. Inilah teknologi dengan menggunakan mikroorganisme ‘pemakan’ amonia dan deterjen. Teknologi yang menjadi kunci pengolahan dari air baku yang berkadar 8 ppm diubah menjadi 1 ppm sesuai persyaratan air bersih dari Kementrian kesehatan RI dan Gubernur DKI.

Biofiltrasi, Teknologi Menggunakan Mikroorganisme Pemakan Amonia

Ada bak-bak biofiltrasi yang dialiri dengan air baku. Bak-bak terlindungi dengan besi-besi penghalang di atas bak. Tampilannya berbeda dengan proses sedimentasi dengan air yang tenang. Di tahap biofilterasi  ini air dialirkan terus menerus. Tujuannya untuk menumbuhkan mikroorganisme ‘pemakan’ amonia dan deterjen. Inilah teknologi biofilstrasi, amonia diuraikan dengan menggunakan bakteri. Dengan teknologi ini, mampu menurunkan hingga 87% kadar amonia.

“Bakteri tumbuh di media crosspacknya yang dialiri air baku. Seperti terlihat di batu kali itu Mas,” kata Vita di ruang kerjanya kepada Penulis.

Berarti berbeda dengan di IPA Kanal Barat yang menggunakan sarana meteor yaa. Teknologinya sama-sama menggunakan bakteri ‘baik’ pemakan amonia. Sementara di IPA Cilandak menggunakan teknologimoving bed bio-film reactor(MBBR). MBBR ini,  teknologi pengolahan air bersih terbaru yang pertama diterapkan di Indonesia, bahkan di Asia lhooo.

“Crosspack ini berbentuk lembaran. Di bawahnya ada hembusan udara,” jelas Vita yang sedang hamil 8 bulan ini.

Kandungan amonia tinggi di IPA Taman Kota cukup tinggi, mencapai 8 ppm. Polutan utamanya dari limbah rumah tangga.

Bak biofiltrasi (Foto Ganendra)
Bak biofiltrasi (Foto Ganendra)

Teknologi menggunakan mikroorganisme alami ini, digunakan setelah produksi IPA Taman Kota dihentikan sejak 2007 lalu. Pengembangan teknologi biofiltrasi yang dilakukan Palyja, SUEZ sebagai induk perusahaan bersama BPPT berlanjut Juli 2012 setelah ditemukan teknologi biofiltrasi tersebut.

Cuma teknologi tersebut sangat rentan terhadap air laut yang bisa menyebabkan mikroorganisme mati. Soalnya ‘bakteri baik’ itu hanya bisa hidup di air tawar.  Dan kejadiannya, pernah dialamai tahun lalu, saat IPA menghentikan produksinya karena adanya aliran balik dari laut yang membuat tingginya tingkat keasinan (salinitas) dan total dissolved solid. Akibatnya IPA Taman Kota tidak sanggup mengolah.

“Banyak bakteri yang mati. Kami hentikan instalasi sekitar lebih dari dua minggu,” kata Vita.

Setelahnya pemulihan dilakukan dengan dialiri air sungai. Terus menerus. Hingga kondisi biofiltrasi normal dan bisa dilakukan produksi kembali.  Selanjutnya Palyja mengembangkan teknologi pendeteksi air laut di pintu air, yakni Total Dissolve Solid (TDS) Online Analyzer. Ini dilakukan seperti di intake Cengkareng Drain. Teknologi itu memberikan sinyal saat air laut menapai intake. Jika sinyal/alert berbunyi, maka operasi pengolahan air bisa segera dihentikan. Mikroorganisme bisa selamat dari pembunuh, yakni air laut.

Tahapan Filtrasi dan Desinfeksi

Nah setelah proses biofiltrasi, air baku ditampung di reservoir dan selanjutnya dipompa dan diolah di tahapan filtrasi. Di sini terjadi proses pemisahan padatan dari air melalui media penyaring seperti pasir dan antrasit. Saringan terdiri dari saringan gravitasi, saringan dengan pencucian antar saringan, dan saringan bertekanan. Proses penyaringan sisa partikel padat dilakukan di sini.

Kerja filter di sini 24 jam. Ada silica, nosle dan lain-lain. Ada 8 unit filter. Setahun sekali pasir diganti. Pasir dari Bangka. Ada parameternya,  oleh karenanya ada bagian proses yang meloloskan atau tidak.  8 unit filter itu, isinya sama. Ada nosle untuk menghidupkan udara. Di atasnya ada gravel, pasir yang lebih besar. Ketebalan 10 cm, baru dikasih pasir silica. Tentu saja filter perlu perawatan agar fungsi media penyaringan tetap baik.

“Kerja filter 24 jam jadi harus dibersihkan, karena pasti ada padatan-padatan yang bikin mampet. Operator wajib backwash setiap 24 jam sekali,”jelas Vita.

Pembersihan bak filtrasi (Foto Ganendra)
Pembersihan bak filtrasi (Foto Ganendra)

Aku sempat menyaksikan saat backwash dilakukan petugas di salah satu unit filter. Ada nosle-nosle di dalam unit berwarna biru itu. Tentu saja proses ini sangat penting yaa.

Selanjutnya dilakukan tahapan Desinfeksi. Ini adalah proses pembubuhan bahan kimia untuk mengurangi zat organik pada air baku dan mematikan kuman/organisme. Desinfektan yang digunakan antara lain zat kimia Chlorine. Di sini proses membunuh bakteri berlangsung. Selanjutnya air siap didistribusikan ke pelanggan.

Air siap pakai (Foto Ganendra)
Air siap pakai (Foto Ganendra)

Palyja Diantara Tantangan Layanan Air Bersih

Menurut Meyritha Maryanie, Corporate Communicatuins and Social Responsibility Division Head PALYJA, mengjelaskan bahwa PAM Lyonnaise Jaya adalah merupakan perusahaan swasta yang bekerjasamanya dengan PAM Jaya dengan mendelegasian pengelolaan air bersih. Bentuk kerjasama selama 25 tahun.  Saham mayoritasnya (51%) dikuasai Suez yang bermarkas di Paris, Perancis dan Astratel Nusantara (49%).

Kondisi air sungai di Jakarta dari tahun ke tahun mengkhawatirkan. Ada 13 sungai kualitas jelek. Sampai tak bisa diolah lagi, karena tinggi kadar deterjen, ammonia terutama bersumber dari limbah rumah tangga.

Normalisasi Kali Angke pada 2015. (Foto Ganendra)
Normalisasi Kali Angke pada 2015. (Foto Ganendra)

Menurut Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), bahwa  air tanggungjawab kita semua. Tanggungjawab akan kelangsungan air.  IA senang Gubernur DKI Jakarta BAsuki TP, ‘kenceng’ sekali melakukan program normalisasi sungai.

“Kita tak makan seminggu bisa. Tapi kalau tidak minum seminggu? Hal itu menggambarkan air itu penting sekali. Oelh karenanya Palyja mencanangkan programnya #Bersamademiair,” kata Budi.

IPA Taman Kota, ambil air baku dari Cengkareng drain. Kondisinya hitam. Amoniak,deterjen tinggi sekali. Sampai pernah stop operasi pada 2007 karena kualitas air tak layak diolah. Buangan RT yg tinggi. (saham Astra. 52% Suez di Paris). Kerjasama BPTT dan SUEZ, mulai 2012 IPA taman kota dibuka kembali dengan adanya teknologi biofiltrasi. Sehingga air bersih sudah memenuhi persyaratan sesuai Kemenkes. Oleh karena itu, mungkin bisa dikopi paste, bisa mengatasi kondisi air sungai yang jelek. Seperti mengembangkan biofiltrasi di banjir kanal (550 lps) pada 2015 yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Basuki TP alias Ahok. Ahok terkesan. Dibangun lagi di Cilandak, dengan mengambil air baku dari Sungai Krukut.

Tantangan bahwa air baku sulit diperoleh. Meyritha mengatakan bahwa ketahanan air di Jakarta hanya 3%. Kebutuhan manusia air bersih butuh 60 liter per hari per orang. Di Jakarta butuh  100l/hari/orang karena di kota besar. Kebutuhan ini pada 2015 PM Jaya melakukan studi 2007-2008 demand dari Jakarta 26100 lps (2015) yang tersedia 17000lps. Defisit.

Tantangan paling utama yang dihadapi Palyja saat ini adalah tambahan air baku. Sejak 1998 tak ada tambahan air baku yang signifikan.

“Seperti bikin kue 1000 jadi  2000, terigu pasti lebih banyak,” kata Meyritha menganalogikan saat di IPA 1 Pejompongan di Jalan Penjernihan 2, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (3/11/2016).

Meyritha (Foto Ganendra)
Meyritha (Foto Ganendra)

Maka menurutnya, saat ini Palyja melakukan langkah-langkah, seperti menurunkan tingkat kehilangan air. Efesiensi. Penambahan jaringan distribusi. Penanganan tindakan illegal, atasi pencurian.

“Menggalakkan kepedulian air bersih dengan mengajak warga bertanggungjawab bersama dengan kampanye #BersamaDemiAir,” katanya.

Seperti halnya saat ini air baku dari Waduk  Jatiluhur sampai didatangkan, dan diolah Palyja, melibatkan banyak pihak di dalamnya. Artinya harus dilakukan bersama pihak-pihak lain. Bersama-sama melayani warga Jakarta lebih baik. #BersamaDemiAir

http://www.kompasiana.com/rahab2/biofiltrasi-teknologi-ipa-taman-kota-mengolah-air-baku-kualitas-buruk_582ee7491d23bd3b0b1fe1bd

leave comment