Jaga Kelestarian Lingkungan, PALYJA Ajak Masyarakat Gunakan Air Pipa

Pembangunan ibu kota yang semakin pesat dari waktu ke waktu ternyata memberikan dampak cukup signifikan terhadap lingkungan serta warga Jakarta. Salah satu dampaknya terkait dengan menurunnya permukaan tanah akibat penggunaan air tanah yang berlebihan.

Oleh karena itu, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) mengajak berbagai lapisan elemen masyarakat untuk mulai membatasi penggunaan air tanah dan mulai beralih ke air pipa.

“Sosialisasi ini untuk menyentuh hati pelanggan utama kita bahwa perlunya membatasi penggunaan air tanah yang berlebihan karena bisa memicu kerusakan lingkungan yang akan berdampak bukan hanya di masa sekarang tapi di masa depan nanti bagi anak cucu kita,” ujar Erlan Hidayat, Direktur PT PAM Jaya, dalam pidato sambutannya di hadapan perwakilan pelanggan utama terkait pembangunan Kuningan Line Project di Kompleks Gedung Balai Kota Jakarta, Rabu (25/1/2017).

Erlan mengakui bahwa PAM Jaya dan PALYJA selaku pemasok air bersih mengalami kesulitan dalam mengimbangi kebutuhan pasokan air bersih yang semakin meningkat. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan jumlah pasokan air baku terbatas. Situasi ini menuntut PAM Jaya dan PALYJA untuk senantiasa berinovasi.

“Jakarta ini sejak tahun 1997, sumber pasokan air bakunya sama dari dua tempat, yakni Jatiluhur dan Tangerang. Jumlahnya sama, 18.025 liter air per detik. Perkembangan di Jakarta semakin pesat, kita kesulitan melayani permintaan pasokan air bersih yang meningkat, oleh karena itu salah satunya lewat project ini (Kuningan Line Project),” ujar Erlan.

Keuntungan tersendiri

Penggunaan air yang diolah dari PALYJA memiliki sejumlah keuntungan tersendiri bagi konsumen. Menurut Kepala Divisi Pelayanan Pelanggan Key Account PALYJA Siti Harni, selain pasokan air yang lancar terhindar dari masuknya pasir, kerikil, dan zat padat lainnya, kualitas air bersih yang dikelola oleh pihaknya sudah sesuai dengan Peraturan Kementrian Kesehatan.

“Kita memiliki teknologi MBBR atau Moving Bed Biofilm Reactor yang mampu menghilangkan 87 persen zat Amonia di dalam air serta membuat bakteri E-Coli juga ikut berkurang,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Umum, Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana, Sekretariat Presiden Joko Haryanto menceritakan bahwa kualitas dan kuantitas pasokan air dari PALYJA untuk kebutuhan Kompleks Istana Negara jauh lebih baik dan praktis dalam pengelolaannya.

“Menurut saya, jelas jauh lebih rumit (pengolahan air tanah), karena harus melalui beberapa fase penyaringan. Soalnya kan air tanah yang ada di lingkungan istana sendiri itu sudah enggak bagus. Saya pernah menggali tanah untuk keperluan membangun pondasi di Kompleks Istana (Kepresidenan), beberapa meter sudah keluar air dan rasanya payau. Pernah juga bau,” tutur Joko.

Joko juga mengatakan bahwa penggunaan air tanah akan memicu dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan, khususnya di sektor perairan Ibu Kota Jakarta. Ia berharap, selain pihak Istana Kepresidenan, masyarakat juga sepatutnya perlu membatasi penggunaan air tanah

Hal tersebut sebagai upaya bersama dalam menjaga lingkungan hidup. Selain itu, Joko juga menyarankan PALYJA untuk menjangkau masyarakat kelas menengah, atas dan bawah. Sebab, ia berharap PALYJA mampu memberikan pasokan air bersih yang murah dengan kualitas pelayanan yang terjaga.

Sosialisasi Kuningan Line Project sendiri merupakan program kerja PALYJA dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh para pelanggan utama (key account customer) PALYJA di wilayah terkait pembangunan proyek jaringan pipa air di kawasan Kuningan dan sekitarnya. Sosialisasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pelanggan-pelanggan besar di kawasan tersebut untuk lebih bijak dalam pemanfaatan air bersih.

sumber: http://biz.kompas.com/read/2017/02/01/093815228/jaga.kelestarian.lingkungan.palyja.ajak.masyarakat.gunakan.air.pipa