Kualitas Air Pipa Lebih Baik dari Air Tanah

www.beritasatu.com, Jakarta – Gedung Kompas Gramedia yang terletak di wilayah Palmerah, Jakarta Barat, sudah menggunakan air perpipaan sejak awal dibangun. Namun, karena pada saat itu pasokan air masih belum memenuhi kapasitas kebutuhan, maka mereka juga membuat sumur dalam (deepwell) dan menggunakannya. Namun, saat ini kebutuhan akan air terus bertambah seiring kebutuhan yang meningkat.

Untuk sehari-hari, mereka masih memanfaatkan air tanah dan air perpipaan untuk diolah serta dipergunakan untuk kebutuhan air toilet dan wastafel. Penggunaan air dalam sehari, masih di bawah 200 m3 (Palmerah Barat) dan antara 200 – 300 m3 (Palmerah Selatan).

“Konsumsi air bersih per harinya itu air sumur dalam dicampur dengan air perpipaan. Kemudian dirata-rata per hari, ada yang 187 m3, ada yang 134 m3. Masih di bawah 200 m3 kalau di Palmerah Barat. Kalau di Palmerah Selatan antara 200 m3 sampai 300 m3,” kata Manager Engineering Department General Affairs Division, Benedictus Dwi Atmoko, beberapa waktu lalu.

Air utama yang digunakan oleh perusahaan tersebut adalah air perpipaan. Air tanah sebagai cadangan. Namun, karena air perpipaan belum memenuhi seluruh kebutuhan air yang diperlukan, dengan sangat terpaksa mereka menggunakan air tanah guna memenuhi kebutuhannya.

Sebenarnya, mereka lebih memilih untuk menggunakan air perpipaan, karena kualitasnya lebih baik. Dari segi harga, air perpipaan juga lebih murah dibandingkan dengan air tanah. Selain itu, perusahaan harus membayar pajak progresif karena menggunakan air tanah selalu melewati batas yang ditentukan.

“Kalau memilih antara air perpipaan dan air tanah, kita lebih memilih air perpipaan. Secara kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Kalau PALYJA itu Rp 12.550 ribu per kubiknya. Kalau air tanah itu Rp 17.000 per kubik. Lebih mahal daripada perpipaan. Belum lagi ditambah pajak progresifnya,” jelasnya.

Idealnya, mereka membutuhkan suplai air sekitar 13.000 m3 per bulannya. Untuk Palmerah Barat membutuhkan kurang lebih 6.000 m3 air bersih, sedangkan untuk Palmerah Selatan membutuhkan kurang lebih 7.000m3 air bersih.

Hingga saat ini pihak PALYJAmasih secara detail mencari solusi terbaik terkait kuantitas suplai air bersih yang belum memenuhi kebutuhan Kompas Gramedia.

Selama pemakaian air perpipaan dari PALYJA, mereka merasa tidak menemui permasalahan yang besar. Selama ini air perpipaan PALYJA dinilai baik-baik saja. Pemeriksaan selalu dilakukan oleh pihak PALYJA pada saat pemakaian air PALYJA menurun.

Setiap harinya 50.000 m3 air limbah dibuang ke sungai dalam keadaan layak pakai. Di setiap gedung Kompas terdapat etalase pengolahan air limbah. Air limbah tersebut selalu di cek kadar airnya secara rutin setiap bulan. Setiap tiga bulan sekali, hasil cek tersebut dilaporkan ke BPLHD.

Gedung tersebut juga mengolah air hujan. Air hujan lalu ditampung dan difilterisasi, diolah hingga kadar airnya sama dengan kadar air tanah sehingga layak untuk dicampur dengan air perpipaan, kemudian dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti pompa air rusak dan tidak mendapatkan suplai air dari PALYJA, penampungan air hujan dapat memenuhi kebutuhan air gedung tersebut selama 3 hari.

Ke depan, mereka berharap agar PALYJA dapat memperbaiki masalah yang ditemukan, sehingga PALYJA dapat memenuhi seluruh kebutuhan air bersih, menjadikan air perpipaan menjadi pasokan utama sehingga tidak perlu lagi menggunakan air tanah.

sumber: http://www.beritasatu.com/megapolitan/512567-kualitas-air-pipa-lebih-baik-dari-air-tanah.html

leave comment