Menjawab Dilema Warga Jakarta Soal Air Bersih

Jakarta, www.kompas.com – Warga Jakarta masih dalam dilema soal memenuhi kebutuhan air bersih. Masalahnya masih sama, kebutuhan akan air bersih terus ada, namun warga Jakarta juga tak mau membiarkan tanahnya semakin ambles, karena pengambilan air bawah tanah yang berlebihan.

Berbagai upaya dilakukan untuk menghindari penurunan permukaan air tanah akibat penggunaan yang berlebihan. Salah satunya berupa penetapan Perda DKI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah. Perda tersebut mengatur pajak air tanah jadi lebih tinggi dibanding tarif air perpipaan.

Selain itu, pemerintah pun membatasi penggunaan air tanah melalui programzero deep well. Harapannya, para pengguna air, baik warga perumahan maupun pengelola gedung, mengurangi pengambilan air bawah tanah.

Berdasarkan data dari Dinas Tata Air SKI Jakarta pada Juli 2016, pemakai air tanah terbesar adalah kelompok niaga, meliputi apartemen, hotel bintang 4 dan 5, real estate, bengkel besar, dan bank.

Kuningan, Jakarta Selatan, adalah salah satu kawasan di Jakarta yang kebutuhan air bersihnya tinggi. Kawasan tersebut didominasi oleh gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan hotel.

Tentunya gedung-gedung tersebut mengkonsumsi air dalam volume yang banyak setiap harinya. Namun, konsumsi air tanah terbatas karena adanya program zero deep well serta tingginya pajak air tanah. Oleh sebab itu, gedung-gedung di kawasan tersebut membutuhkan pasokan air bersih dari sumber lainnya dengan tarif yang lebih murah.

PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) sebagai operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah barat Jakarta pun berupaya memenuhi permintaan tersebut. Tahun 2016 ini, PALYJA melakukan instalasi pipa untuk mengirim air ke arah timur Jakarta, yakni wilayah Kuningan, Rasuna Said, Pancoran, sampai ke arah Tebet.

“Penggunaan sumur dalam itu kan sekarang dibatasi, bahkan charge-nya dinaikkan, jadi mahal. Jadi sekarang gedung-gedung berlomba-lomba pakai air PALYJA, tidak pakai sumber air dari sumur,” tutur Plt. Kepala Divisi Konstruksi PALYJA Tito Wirananto di Jakarta, Jumat (9/12/2016).

Untuk menjangkau meningkatnya permintaan dan kebutuhan pelanggan di kawasan tersebut, PALYJA meningkatkan kapasitas jaringannya. Caranya, dengan memasang pipa transmisi yang tersambung dengan pipa dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan 1.

“Dengan adanya pipa ini, PALYJA bisa menambah pasokan air menjadi 200 liter per detik,” ujar Tito.

Saat ini, IPA Pejompongan 1 berkapasitas 2.000 liter per detik. Sebelumnya, IPA tersebut memasok air ke dua jalur, yaitu arah barat Jakarta, seperti Pluit, juga ke arah selatan dan timur Jakarta, seperti Pancoran, dan Gatot Subroto.

“Sekarang kita pecah. Jadi kita bikin jalur khusus, jalur baru, dari IPA Pejompongan 1 langsung ketemu pipa yang menuju ke Pancoran itu, ke arah timur. Jadi sekarang terpisah dua,” kata Tito.

Dengan penambahan jalur ini, pengiriman pasokan air untuk kawasan Kuningan dan sekitarnya menjadi lebih lancar. Sebab, kapasitas pipa transmisi ke arah kawasan tersebut sudah sesuai dan cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih di sana.

http://biz.kompas.com/read/2017/01/19/201632828/menjawab.dilema.warga.jakarta.soal.air.bersih