PEMELIHARAAN RUTIN PIPA AGAR PELAYANAN PRIMA TERJAGA

Tingkat kehilangan air selain merugikan secara finansial, juga mengurangi suplai air dan mengganggu tekanan air ke pelanggan. Penyumbang terbesar tingkat kehilangan air adalah kebocoran pipa di sistem distribusi.

Dari 5.471 kilometer jaringan pipa yang dikelola PALYJA, sebagian besar sudah cukup tua usianya. Bahkan, ada pipa yang sudah dipasang sejak awal tahun 1900-an. Berbeda dengan pipa-pipa baru yang berbahan plastik sehingga lebih tahan lama, pipa tua tersebut kebanyakan berbahan besi galvanis yang mudah berkarat dan terkikis.

“Hal ini menjadi penyebab kebocoran. Idealnya, dilakukan investasi untuk mengganti dan merehabilitasi pipa-pipa tua tersebut. Namun apa daya, dengan kondisi yang tidak berubah selama 10 tahun terakhir, PALYJA tidak bisa maksimal melakukan investasi,” kata Head of Corporate Communication & Social Responsibility PALYJA, di Jakarta, Senin (17/6).

Meksi dengan keterbatasan yang ada, lanjut Lidya, PALYJA tetap berkomitmen memberikan pelayanan prima dengan menyediakan air dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas melalui operasional yang baik dan inovatif.

Berbagai upaya telah dan masih terus dilakukan untuk menekan tingkat kehilangan air secara fisik.

Penambahan dan rehabilitasi jaringan telah dilakukan sejak awal kerja sama sampai saat ini. Dalam kurun waktu 20 tahun, 1.178 kilometer jaringan telah terpasang dan 1.176 kilometer jaringan yang telah direhabilitasi. “Perbaikan dan pemeliharaan pipa sebagai bagian dari pengelolaan aset dilakukan sesuai standar perusahaan yang sudah tersertifikasi ISO 9001-2015,” kata Lidya.

Sementara, pencarian titik kebocoran secara rutin dilakukan menggunakan teknologi JD7 dan inovasi gas helium. Teknologi JD7 mampu mendeteksi penyumbatan, sambungan lateral dan sambungan illegal. Hasil temuan kebocoran ini ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan sesegera mungkin. “Dalam kurun waktu Januari sampai Mei 2019 saja, lebih dari 30 titik kebocoran ditemukan dan sebagian besar sudah langsung diperbaiki,” kata Lidya.

Perbaikan dilakukan dengan mengganti pipa berdiameter 25 milimeter hingga 600 milimeter, di kedalaman sampai dengan 5 meter di bawah tanah. Tim Pendeteksi Kebocoran dan Tim Konstruksi PALYJA bekerja siang dan malam, memperbaiki dan mengganti pipa yang rusak.

Dalam melakukan pekerjaan teknis, para pekerja di lapangan selalu dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan aturan keselamatan kerja. Suplai air bersih yang terganggu selama pekerjaan teknis diantisipasi PALYJA dengan menyiagakan seluruh armada mobil tangki untuk keadaan darurat.

Tahun 2019 ini, ungkap Lidya, PALYJA mengalokasikan dana investasi sebesar Rp 100 miliar, dan sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk memperbaiki jaringan pipa.

Sumber: Warta Kota, Selasa 18 Juni 2019