Suez: Indonesia Pasar Potensial Pengolahan Air

Sebagai perusahaan multinasional dalam bidang pengolahan air bersih, Suez melihat potensi cukup besar di Indonesia. Suez sudah berkiprah lebih dari 60 tahun di Asia Tenggara dan memiliki tujuh kantor perwakilan di kawasan ini, salah satunya Jakarta. Dari 1.500 karyawan yang tersebar di Asia Tenggara, sekitar 1.270 karyawannya berada di Indonesia.

Public Relation & Communications Manager Suez untuk kawasan Asia Tenggara Julien Bachelet mengatakan, “Kami memiliki beberapa project di Indonesia, yaitu instalasi pengolahan air bersih dan air limbah. Total instalasi pengolahan air bersih di Indonesia lebih dari 150 unit serta mampu mengalirkan air bersih sebanyak 800 juta liter per harinya.  Sedangkan total di Asia Tenggara hanya 180 unit,” katanya di sela-sela acara Indowater 2017 Expo & Forum, Jakarta Convention Centre, Kamis, 13 Juli 2017.

Indowater 2017 Expo & Forum merupakan acara terbesar bagi industri air bersih dan pengolahan air limbah. Acara ini dihadiri lebih dari 10.000 profesional serta pakar industri dengan lebih dari 550 peserta pameran dari 30 negara.

Julien menambahkan, ”Kerja sama terbesar kami adalah dengan PALYJA dengan 51 persen saham dimiliki Suez. Sejak pertama kali kerja sama dilaksanakan pada Februari 1998, berbagai inovasi terus dilakukan. Pada akhir 2016, Suez menyelesaikan instalasi aquadvance untuk mengoptimalkan efisiensi jaringan distribusi air PALYJA. Aplikasi ini mampu mendeteksi jaringan distribusi air yang tidak berfungsi dengan baik lalu menganalisis penyebabnya,” ucapnya.

Kerja sama lain yang dilakukan Suez adalah dengan PT Tirta Gajah Mungkur sejak 2005. Kapasitas air bersih yang dihasilkan 600 liter per detik atau sekitar 52 juta liter per hari untuk menjangkau 250 ribu penduduk Kota Semarang. Total investasi mencapai 2 juta dollar. Selain itu, Suez menggandeng PT Tirta Lyonnaise Medan untuk menyediakan 43 juta liter air bersih per harinya kepada 200 ribu penduduk Kota Medan.

Potensi pasar yang sangat besar di Asia Tenggara, terutama Indonesia, mendorong Suez mendirikan pusat riset dan inovasi di Singapura pada Juli 2015. Julien menjelaskan, ”Ada tigaproject riset yang ditangani, yaitu pengembangan aplikasi Advanced Metering Infrastructure berikut analisis data dan keterlibatan konsumen, pengembangan storm water management untuk meminimalkan banjir, serta pengembangan proses pengolahan air limbah yang hemat energi”.

“Suez juga melakukan pengolahan air limbah karet sintetik Michelin di Indonesia pada akhir 2015,” ujarnya. Lebih lanjut, Julien memaparkan, ”Di kawasan indusri Cilegon, kami menginstalasi Greendaf-MW, yakni unit pengapungan udara terlarut tingkat tinggi pada reaktor MBBR (Moving Bed Biofilm Reactor) untuk mengurangi kadar BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) dalam air limbah. Proses pengolahan limbah di PT Synthetic Rubber Indonesia ini menghasilkan 2.184 kilogram kandungan COD per hari serta lebih dari 90 persen kandungan COD pada air limbah dapat dihilangkan.

Julien mengakui masih banyak potensi yang dapat digarap di Indonesia. Mengingat, Suez telah memasuki pasar Indonesia sejak 1959 melalui Degremont, bekas anak perusahan Suez. Dalam memperluas pasar di Indonesia, Suez masih berdiskusi dengan otoritas daerah setempat untuk menggali potensi pengolahan air bersih atau air limbah. Langkah serupa telah diambil Suez di Asia Tenggara melalui kerja sama dengan Otoritas Air Minum di Phnom Penh, Kamboja, lebih dari 20 tahun mengembangkan “Clean Water for All”. Selain itu, Suez memberi konsultasi peningkatan akses air bersih dengan memberi dukungan pada project kota berkelanjutan di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar dengan jumlah penduduk 1.250.000 jiwa.

sumber: https://www.tempo.co/read/news/2017/07/21/299893374/suez-indonesia-pasar-potensial-pengolahan-air