Mengungkap Teknologi PALYJA Untuk Solusi Air Bersih Jakarta di IPA Taman Kota

Sebanyak 13 sungai ada di Jakarta. Namun, hanya dua sungai yang dapat digunakan sebagai sebagai air baku, yaitu Kali Krukut dan Sungai Cengkareng Drain. Itupun dalam kondisi kualitas yang semakin lama semakin berkurang.

SUNGAI Cengkareng Drain yang terletak persis di seberang stasiun pompa RW 04,  Kembangan Utara membentang di depan mata. Intake (pintu masuk air) Cengkareng Drain, sebagai sumber bahan baku air bersih Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Taman Kota, ada di dekat tembok samping sungai.

Di pinggir sungai sebelah kanan intake, terlihat seorang bapak memegang alat pancing. Di sebelah kiri intake, asap putih dari bakaran sampah masih mengepul. Pengukur ketinggian air sungai berdiri memancang. Air sungai berwarna terlihat cokelat pekat.

Untuk mencegah intrusi, PALYJA memasang alat pendeteksi air laut di pada pintu air (intake) yang dinamakan Total Dissolve Solid (TDS) Online Analyzer (dokpri)
Untuk mencegah intrusi, PALYJA memasang alat pendeteksi air laut di pada pintu air (intake) yang dinamakan Total Dissolve Solid (TDS) Online Analyzer (dokpri)

Sungai Cengkareng Drain, meskipun menjadi salah satu dari dua sungai yang dapat digunakan sebagai bahan baku air bersih di Jakarta, tidaklah bisa dibilang bersih. Penuh polutan. Kadar amonia yang tinggi, tercemar deterjen, mangan, dan limbah rumah tangga, membuat kualitas air sungai Cengkareng Drain jelek.

“Tiap hari, setiap pagi dan sore, ada yang menyelam untuk mengambil sampah-sampah yang ada di sungai Cengkareng Drain,” kata Febri, petugas dari IPA Taman Kota, yang menemani Kompasiana Visit di IPA Taman Kota, 3 November lalu.

Selain masalah polutan pencemaran air, Cengkareng Drain yang hanya 5 km dari laut menghadapi masalah intrusi atau air laut masuk ke daratan (dokpri)
Selain masalah polutan pencemaran air, Cengkareng Drain yang hanya 5 km dari laut menghadapi masalah intrusi atau air laut masuk ke daratan (dokpri)

Menurut Febri, tidak hanya masalah pencemaran air sungai saja yang mencapai 8 ppm dari seharusnya hanya 1 ppm. Air baku dari intake yang berjarak sekitar 1,5 KM dari  IPA Taman Kota juga rentan dengan air laut yang masuk ke daratan (intrusi). Biasanya hal ini terjadi pada musim kemarau karena arak dengan laut yang hanya 5 KM saja.

Air laut menjadi hambatan dalam proses pengolahan air bersih di IPA Taman Kota. Air laut dapat membunuh mikroorganisme alami yang digunakan dalam teknologi Biofiltrasi. Teknologi yang dikembangkan oleh PALYJA pada tahun 2012.

ipa7-582f3a3bd77e6147151d71ca.jpg
ipa7-582f3a3bd77e6147151d71ca.jpg

Untuk mendeteksi air laut di pintu masuk air (intake) menuju instalasi, PALYJA memasang alat yang bernama Total Dissolve Solid (TDS) Online Analyzer. Dengan alat itu, saat air laut menyentuh intake, kelangsungan operasional di IPA Taman Kota segera dihentikan.

Kunjungan ke intake sungai Cengkareng Drain merupakan rangkaian terakhir Kompasiana Nangkring di IPA Taman Kota selama satu hari, yang bertema Optimasi Instalasi dengan Pengembangan Teknologi sebagai Solusi Defisit Air Bersih di Jakarta. Sebelumnya, para kompasianer berkeliling melihat proses pengolahan air di IPA Taman Kota dan mengikuti penjelasan di IPA Pejompongan.

Dengan adanya TDS di Intake berjarak 1,5 KM dari IPA Taman Kota, maka tindakan pencegahan air laut masuk ke bak mikrooganisme alami dapat dicegah (dokpri)
Dengan adanya TDS di Intake berjarak 1,5 KM dari IPA Taman Kota, maka tindakan pencegahan air laut masuk ke bak mikrooganisme alami dapat dicegah (dokpri)

Defisit Air Bersih Tak Bisa Menunggu

Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) mengungkapkan, ketersediaan air bersih yang layak untuk warga Jakarta sangatlah penting. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya air bersih. “Kita tidak akan kuat kalau tidak minum,” ujarnya saat pemaparan kepada kompasianer di IPA Pejompongan.

Namun sayangnya, kata Budi, jumlah yang ada pun tidak cukup. Survei PAM Jaya yang dilakukan bersama 2 operator air bersih, yakni PALYJA dan AETRA menunjukkan adanya defisit ketersediaan air sebesar 9.100 liter per detik.

Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) mengatakan, air bersih merupakan kebutuhan hidup dasar manusia yang tidak bisa menunggu (dokpri)
Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) mengatakan, air bersih merupakan kebutuhan hidup dasar manusia yang tidak bisa menunggu (dokpri)

PALYJA dan AETRA hanya mampu menghasilkan 17.100 liter air per detik, dari kebutuhan air bersih di Jakarta yang mencapai 26.100 liter per detik. Dengan jumlah penduduk yang tinggal di Jakarta mencapau sekitar 10 juta orang, konsumsi air bersih yang dibutuhkan mencapai 100 liter/hari/orang.  Akses air bersih hanya 73,23 % dengan cakupan pelayanan 60 %.

Menurut Meyritha Maryanie, Corporate Communicatuins and Social Responsibility Division Head PALYJA, air baku memegang peranan. Dari keseluruhan total air bersih, sumber air bakunya berasal dari sungai Jakarta (5,7 %) yakni  Sungai Cengkareng Drain (1,7%) dan Kali Krukut (4%). Sementara dari luar kota (94,3%), berasal dari Waduk Jatiluhur (62,5%),  membeli dari PDAM Tangerang, yakni  IPA Serpong (31%), dan Cikokol (0,8%).

Meyritha Maryanie, Corporate Communications and Social Responsibility Division Head PALYJA mengatakan ketersediaan air baku untuk pengolahan air bersih sangat penting (dokpri)
Meyritha Maryanie, Corporate Communications and Social Responsibility Division Head PALYJA mengatakan ketersediaan air baku untuk pengolahan air bersih sangat penting (dokpri)

Pasokan air tersebut jumlahnya tidak bertambah sejak tahun 1998. Pasokan air malahan kadang terganggu limbah ataupun bencana alam tanggul longsor karena merupakan saluran terbuka, seperti di Kanal Tarum Barat (Kalimalang) yang menjadi saluran distribusi air baku Waduk  Jatiluhur.Di sisi lain, defisit air bersih tidak bisa menunggu lama. Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus segera dipenuhi.

Optimalkan Produksi dengan Pengembangan Teknologi  

Mengoptimalkan produksi air bersih di instalasi pengolahan air bersih (IPA) menjadi pilihan PALYJA mengingat kondisi dan ketersediaan air baku yang terbatas. Inovasi berbagai teknologi pun dikembangkan. Salah satunya yang dilakukan di IPA Taman Kota dengan menggunakan teknologi Biofiltrasi.

Selain IPA Taman Kota sebagai tempat pengolahan air baku menjadi air bersih dengan produksi 150 liter per detik, PALYJA memiliki 3 IPA lain, yakni IPA 1 Pejompongan (2.000 liter/detik), IPA 2 Pejompongan (3.600 liter/detik), dan IPA Cilandak (400 liter/detik).

Untuk tempat penampungan air bersih sementara yang berasal dari PDAM Tangerang terdapat Distribution Central Reservoir (DCR) 4 sebanyak 2.000 liter/detik dan DCR 5 sebanyak 1.000 liter/detik. Juga terdapat instalasi pengambilan air baku Kanal Banjir Barat (5500 liter/detik).

PALYJA memiliki Distribution Monitoring Control Center (DMCC) sebagai pusat kontrol online yang dapat memonitor pasokan air baku dan air bersih ke pelanggan selama 24 jam, 7 hari seminggu (dokpri)
PALYJA memiliki Distribution Monitoring Control Center (DMCC) sebagai pusat kontrol online yang dapat memonitor pasokan air baku dan air bersih ke pelanggan selama 24 jam, 7 hari seminggu (dokpri)

IPA yang ada di Jakarta, kata Meyritha Maryanie, Corporate Communications and Social Responsibility Division Head PALYJA, sudah tidak muda lagi usianya sehingga sistem pengolahan air konvensional tidak lagi bisa diandalkan untuk operasional produksi.

Dijelaskannya inovasi teknologi terkini ada di instalasi pengambilan air baku kanal banjir barat, yang diresmikan bulan Mei 2015 oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) mampu meningkatkan kapasitas produksi IPA Pejompongan dari 8.800 liter/detik menjadi 9.200 liter per detik. Teknologi ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara dan Indonesia di bidang pengolahan air, yang menggunakan mikroorganisme alami.

Bagaimana dengan pengolahan air di IPA Taman Kota? Teknologi yang dikembangkan dengan nama Biofiltrasi telah membuat IPA Taman Kota dapat beroperasional kembali pada tahun 2012.  Sebelumnya, IPA Taman Kota sejak tahun 2007 tidak dapat beroperasi karena kualitas air sungai Cengkareng Drain yang sangat buruk dengan kandungan amonium yang tinggi.

Enam Tahapan Proses Pengolahan Air di IPA Taman Kota

Teknologi Biofiltrasi berhasil dikembangkan oleh PALYJA bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dengan supervisi dari SUEZ selaku induk perusahaan yang memegang saham sebesar 51 %, selain Astratel Nusantara (Astra International) sebanyak 49 %.

Kunjungan ke IPA Taman Kota telah membuka wawasan mengenai enam tahapan proses pengolahan air yang dilakukan. Febri, salah seorang petugas IPA Taman Kota dengan telaten menjelaskan tahapan-tahapannya. Para kompasianer, termasuk saya menggunakan helm berwarna hijau, dibagi dua rombongan untuk mengelilingi IPA Taman Kota.

Enam tahapan proses pengolahan air di IPA Taman Kota, yakni

1. Penerimaan air baku

Sumber air baku untuk IPA Taman Kota berasal dari Sungai Cengkareng Drain. Jarak intake (pintu masuk) ke Cengkareng Drain sekitar 1,5 KM. Kondisi air sungai Cengkareng Drain penuh polutan, yakni mengandung kadar amonia tinggi, deterjen, dan limbah rumah tangga.

Melalui intake (pintu masuk) Sungai Cengkareng Drain inilah air bahan baku IPA Taman Kota berasal (dokpri)
Melalui intake (pintu masuk) Sungai Cengkareng Drain inilah air bahan baku IPA Taman Kota berasal (dokpri)

2. Proses koagulasi dan flokulasi

Saat di IPA Taman Kota, terdapat bak-bak penampungan air yang memiliki fungsi masing-masing sebagai bagian proses pengolahan air bersih.Inilah bak pertama. Koagulasi merupakan proses pengadukan cepat dengan menggunakan koagulan (zat kimia tertentu) agar partikel-partikel padat dalam air saling berbenturan dan membentuk flok-flok (gumpalan halus).

Selain itu juga dilakukan flokulasi, yaitu proses pengadukan lambat yang tujuannya memperbesar ukuran flok (gumpalan) sehingga dapat lebih mudah mengendap dikarenakan perbedaan berat jenis.

Proses koagulasi dan flokulasi menggunakan koahulan dilakukan di bak pertama (dokumentasi)
Proses koagulasi dan flokulasi menggunakan koahulan dilakukan di bak pertama (dokumentasi)

3. Sedimentasi dan Pengendapan

Pada bak selanjutnya, dilakukan proses pemisahan lumpur dan air bersih dengan bantuan plate settler untuk mempermudah pengendapan.

4. Biofiltrasi

Pada bak selanjutnya dilakukan Biofiltasi, yang merupakan proses removal polutan amonium, detergen, dan mangan dengan menggunakan mikroorganisme alami yang hidup dalam air. Mikroorganisme alami dalam teknologi Biofiltrasi hidup dalam pada lapisan biofilm yang ada dalam media crosspack. Untuk menjaga mikroorganisme tetap hidup dan bekerja efektif dalam meremoval polutan, digunakan blower dan difusser untuk menghembuskan dan menjaga kandugan oksigen terlarut.

5. Fitltrasi (Penyaringan)

Proses yang dilakukan untuk menyaring sisa partikel yang kemungkinan masih terbawa dalam air bersih keluaran dari Biofilter dengan menggunakan medua penyaring pasir silika Untuk menjaga fungsi pasir silika dalam kondisi 100 % sebagai media penyarigan, maka dilakukan proses backwash setiap 24 jam sekali.

6. Desinfeksi

Proses terakhir desinfeksi merupakan proses removal bakteri dengan menggunakan zat kimia chlorine dengan durasi waktu 1 jam. Tidak semua chlorine hilang dalam proses ini. Tetap disisakan sesuai peraturan yang berlaku agar dalam distribusi air bersih ke pelanggan juga proses removal bakteri terus berjalan, sehingga air bersih dapat dikonsumsi, sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Setelah proses koagulasi dan flokulasi dilakukan proses sedimentasi dan pengendapan untuk pemisahan lumpur (dokpri)
Setelah proses koagulasi dan flokulasi dilakukan proses sedimentasi dan pengendapan untuk pemisahan lumpur (dokpri)
Proses biofiltrasi dengan menggunakan mikroorganisme alami yang hidup dalam air untuk menghilangkan polutan amonium, detergen, mangan, dan limbah rumah tangga (dokpri)
Proses biofiltrasi dengan menggunakan mikroorganisme alami yang hidup dalam air untuk menghilangkan polutan amonium, detergen, mangan, dan limbah rumah tangga (dokpri)
Tahapan proses pengolahan air di IPA Taman Kota, yakni penerimaan air baku, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi dan pengendapan, biofiltrasi, filtrasi/penyaringan, dan desinfeksi (dokpri)
Tahapan proses pengolahan air di IPA Taman Kota, yakni penerimaan air baku, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi dan pengendapan, biofiltrasi, filtrasi/penyaringan, dan desinfeksi (dokpri)

Tahapan proses yang ditunjukkan di IPA Taman Kota menyadarkan saya jika untuk memperoleh air bersih tidaklah mudah akibat pencemaran yang terjadi. Bahkan membutuhkan biaya yang mahal, seperti kata Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)

 Vita Chandra Dewi, Kepala IPA Taman Kota, yang tengah hamil tua dan saat visit Kompasiana merupakan hari terakhirnya bekerja sebelum cuti mengatakan, menjaga air sungai tetap bersih sangat penting meskipun adanya teknologi canggih untuk mengolah air bersih.

Dikatakannya, program pembersihan 13 sungai yang dijalankan Pemda Jakarta terbukti cukup membantu untuk mengurangi kadar limbah air sungai. Jadi, yuk jaga sungai dari limbah dan kotoran agar ketersediaan air bersih untuk warga Jakarta selalu terjamin.

@riapwindhu

Sumber : http://www.kompasiana.com/riapwindhu/mengungkap-teknologi-palyja-untuk-solusi-air-bersih-jakarta-di-ipa-taman-kota_582f3367ae7a614e173912b1

leave comment